Dunia keuangan terdesentralisasi (DeFi) telah berkembang pesat dalam lima tahun terakhir. Di tengah maraknya proyek baru, dua nama besar terus bersaing untuk mendominasi: Ethereum dan Solana.
Ethereum, yang lahir lebih dulu, dikenal sebagai pionir smart contract dan rumah bagi mayoritas aplikasi DeFi. Sementara itu, Solana hadir sebagai penantang serius dengan janji transaksi super cepat dan biaya rendah.
Pertanyaannya: antara Ethereum vs Solana, siapa yang lebih siap menyandang gelar raja DeFi?
Ethereum: Sang Pionir DeFi
Ethereum diluncurkan pada 2015 oleh Vitalik Buterin dan timnya. Blockchain ini menjadi ekosistem terbesar bagi smart contract, NFT, hingga DeFi.
Kelebihan Ethereum
- Ekosistem Terbesar – Ribuan dApps, protokol DeFi, dan NFT marketplace berjalan di Ethereum.
- Keamanan Tinggi – Jaringan Ethereum telah teruji selama hampir satu dekade, dengan komunitas developer terbesar di dunia blockchain.
- Peralihan ke Proof of Stake (PoS) – Setelah The Merge, Ethereum jauh lebih hemat energi dan mendukung pengembangan jangka panjang.
- Likuiditas DeFi Terbesar – Total Value Locked (TVL) Ethereum masih mendominasi, menjadikannya pusat likuiditas global.
Kekurangan Ethereum
- Biaya Gas Mahal – Transaksi di Ethereum sering kali mahal saat jaringan padat.
- Skalabilitas Terbatas – Meski ada upgrade seperti sharding dan layer 2 solutions, skalabilitas masih jadi tantangan.
Solana: Penantang Berkecepatan Tinggi
Solana hadir pada 2020 dengan klaim sebagai blockchain tercepat di dunia. Dengan algoritma Proof of History (PoH), Solana mampu memproses ribuan transaksi per detik.
Kelebihan Solana
- Transaksi Cepat & Murah – Solana bisa memproses hingga 65.000 transaksi per detik dengan biaya sangat rendah.
- Skalabilitas Tinggi – Cocok untuk aplikasi DeFi dengan volume transaksi besar.
- Ekosistem yang Berkembang Cepat – Meski baru, Solana sudah menarik banyak developer dan proyek DeFi baru.
Kekurangan Solana
- Kestabilan Jaringan – Solana sempat mengalami beberapa kali downtime, menimbulkan keraguan pada keandalannya.
- Ekosistem Belum Matang – Dibanding Ethereum, jumlah dApps dan likuiditas DeFi Solana masih jauh lebih kecil.
- Sentralisasi – Beberapa pihak menilai distribusi node validator Solana masih belum cukup terdesentralisasi.
Perbandingan Ethereum vs Solana dalam Dunia DeFi
Aspek | Ethereum | Solana |
---|---|---|
Tahun Rilis | 2015 | 2020 |
Konsensus | Proof of Stake (PoS) | Proof of History (PoH) + PoS |
Kecepatan Transaksi | 15–30 TPS (lebih tinggi via Layer 2) | Hingga 65.000 TPS |
Biaya Transaksi | Relatif tinggi | Sangat rendah |
Ekosistem DeFi | Terbesar di dunia | Berkembang pesat, tapi masih kecil |
Stabilitas Jaringan | Sangat stabil | Beberapa kali downtime |
Likuiditas TVL | Dominan di pasar | Masih tertinggal jauh |
Prospek Ethereum di Masa Depan
Dengan upgrade Ethereum 2.0, skalabilitas dan efisiensi jaringan akan semakin baik. Dukungan komunitas developer besar membuat Ethereum tetap sulit digeser. TVL yang masif juga menjadikannya pusat likuiditas utama, yang sangat penting untuk pertumbuhan DeFi.
Jika solusi Layer 2 seperti Arbitrum, Optimism, atau zkSync semakin matang, Ethereum berpotensi mempertahankan tahtanya sebagai raja DeFi.
Prospek Solana di Masa Depan
Meski lebih muda, Solana berkembang pesat berkat biaya murah dan kecepatan tinggi. Jika tim Solana berhasil mengatasi masalah downtime dan meningkatkan desentralisasi, blockchain ini berpeluang menjadi alternatif serius bagi developer DeFi yang membutuhkan performa tinggi.
Selain itu, dukungan dari investor besar dan adopsi cepat dalam sektor NFT dan GameFi membuat Solana semakin relevan dalam ekosistem Web3.
Siapa yang Lebih Siap Jadi Raja DeFi?
Jawabannya bergantung pada perspektif:
- Ethereum: unggul dari sisi ekosistem, keamanan, dan likuiditas. Cocok untuk investor besar, institusi, dan proyek DeFi jangka panjang.
- Solana: unggul dalam hal kecepatan, biaya rendah, dan inovasi baru. Cocok untuk proyek yang membutuhkan transaksi cepat dengan volume tinggi.
Namun untuk saat ini, Ethereum masih memegang mahkota DeFi, sementara Solana menjadi penantang utama yang terus menekan dengan kecepatan inovasinya.
Kesimpulan
Persaingan Ethereum vs Solana memperlihatkan bahwa dunia blockchain terus berevolusi. Ethereum tetap kokoh sebagai pionir dengan ekosistem terluas, sementara Solana menawarkan solusi praktis bagi masalah skalabilitas dan biaya.
Di masa depan, bukan tidak mungkin keduanya berbagi pangsa pasar: Ethereum sebagai raja DeFi global, dan Solana sebagai jaringan yang mendukung adopsi massal berkat kecepatannya.
Bagi investor maupun pengguna, memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing akan membantu dalam menentukan strategi di dunia DeFi yang semakin kompetitif.
Baca juga :
- Airdrop Crypto: Strategi Marketing atau Cara Instan Cari Cuan?
- GameFi: Masa Depan Gaming dengan Blockchain dan Cryptocurrency